Sabtu, Oktober 27, 2007

.:: i b u ::.


Ibu..
Tersimpan asa dalam selaksa
Relung hati
Dalam sunyi landa jiwa
Hadirmu ibu..hadirmu..
Ku ingin senyummu menghias hari
Ku ingin belaimu menyulam pagi
Ku ingin kasih dan sayangmu mewarnai senja

Ibu..
Dalam langkah ku impi
Dalam tatap ku ingin
Dirimu membimbing
Temukan mutiara di dalamnya samudera

Ibu..
Dimana lagi ku harus mencari
Sosokmu yang tersamar
Terhalang bayang-bayang suram

.: Sesudah petang di Velbak -- 27102007 -- 18.10 WVT :.

note: gambar diambil dari
www.normankoren.com

Rabu, Oktober 24, 2007

Surat kepada ibu


Waktu baca - baca catatan yang udah lama, ada sobekan kertas yang aku ga tau darimana asalnya. Yang pasti isinya sebuah puisi.

judulnya menarik..."Surat Seorang Gelandangan Kepada Ibunya" yang isinya bikin aku terenyuh juga..

Ibu...maafkan aku
Tak pergi sekolah
Bukan tak mau
Tapi semata-mata karena tak ingin kehabisan waktu
Untuk kita menyambung hidup
Untuk kita memelihara mimpi....
Disini, disudut-sudut kota ini..

Ibu...jangan menangis
Hanya karena melihat anak-anak berseragam
Berlarian sambil melambai-lambaikan buku

Anakmu disini
Sedang menyusun kebanggaan
Dari keringat dan air mata
Mari kita tulis hidup dan nasib kita sendiri...

Ibu...istirahatlah
Doakan anakmu selamat hari ini

note: Gambar diambil dari www.art.com

Minggu, Oktober 14, 2007

:: k a n g e n ::


Kemarin malam, dibalik jendela kawah candradimuka bulan yang terpotong setengahnya seperti malu-malu untuk tampil menghias malam. ehm..romantis ngga ya pembukanya???? :):):)

Sendiri di kos karena ditinggal mudik sama temen-temen membuat aku berubah jadi melankolis, secara tiba-tiba perasaan itu muncul. Sebuah perasaan yang terus menghantuiku saat malam menjelang,...k a n g e n .

yaa..kangen, perasaan yang pastinya sudah familiar dalam kehidupan manusia. dan perasaan itu kini datang menghampiriku. kangen akan kedamaian, kangen akan cinta kasih, kangen dengan kejadian-kejadian yang membuat kangen.

Halah....aneh-aneh aja, kangen ko' sama kedamaian. Lha wong kedamaian itu cuma punya malaikat.
kangen akan cinta kasih...??? dua kata terakhir itu kan cuma ada di novel dan dongeng-dongeng pengantar tidur.

tapi untungnya kata kangen itu sendiri ada dalam kehidupan nyata jadi....aku bisa tetap kengen dengan kekangenanku akan hal-hal tadi.

Jumat, Oktober 12, 2007

D e S a


Malam Idul fitri tahun ini kembali aku lewati di kantor, biasa kebagian piket...,setelah lelah berputar-putar Jakarta akhirnya bisa juga duduk di depan komputer. Setelah merasakan gemerlap pesta menyambut lebaran..sejenak aku teringat dengan momen beberapa tahun lalu tentang indahnya sebuah kebersamaan.

Waktu itu, 1 juli 2002 saat aku sedang menempuh semester empat di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, aku menghadiri pernikahan kakak sepupuku di sebuah desa tempat dia dilahirkan yang terletak dikaki gunung Lawu.

Kalau dipetakan, desa yang indah dan berhawa sejuk itu sepertinya agak jauh dari "peradaban". Jalan desa yang terdiri dari batu-batu sebesar buah kelapa, hamparan sawah yang luas dengan daun padinya yang masih hijau, Rumah-rumah joglo yang tampak ramah menyambut setiap tamu yang datang serta sulitnya menonton televisi, menjadi sajian khas desa itu.

Walaupun agak jauh dari "peradaban", terdapat sebuah pemandangan menarik yang sulit ditemui dalam kehidupan manusia-manusia di dunia yang "beradab". Masyarakat desa itu masih menjunjung tata krama dan semangat gotong royong yang tinggi. pun, dalam memandang status sosial, mereka tidak terpaku dengan sesuatu yang bersifat materi tetapi lebih kepada seberapa bijak seseorang dalam menghadapi masalah. wow....

Aku jadi teringat dengan kawan-kawan ku yang sudah menamatkan pendidikan tinggi dan hidup dilingkungan yang dekat dengan "peradaban". Mereka sepertinya tidak memiliki pandangan seperti masyarakat di desa itu. Apakah globalisasi telah menghancurkan persenyawaan pikiran dan jiwa mereka? Apakah Kapitalisme yang memiliki kekuatan yang dahsyat itu telah membutakan mata dan hati mereka?

AHHH, Lupakan jawaban untuk itu, yang pasti adalah aku dan kawan-kawan butuh pemandangan dan suasana yang menyejukkan seperti di desa itu. Dimana setiapnya berjalan beriringan....setiapnya bergandengan tangan dan setiapnya mengerti serta memahami bahwa dengan semua itulah mereka bisa bahagia....

Andaikan pemandangan seperti itu terdapat disebuah kota yang "berperadaban" seperti Jakarta...

...With Love From Lawu Mountain

Selasa, Oktober 09, 2007

Mudik = Kembali Fitri


Kenapa masyarakat rela mengantri untuk mendapatkan tiket bus lintas propinsi? kenapa orang-orang rela berdesakan dalam gerbong kereta menjelang lebaran ini? kenapa masyarakat rela berpanasan menunggu kapal ferry yang akan menyeberangkannya ke pulau lain? alasannya cukup sederhana..Mudik... mereka, kita, dan semua orang yang merayakan idul fitri atau kebetulan mendapatkan jatah libur panjang di Indonesia ingin kembali berkumpul dalam pelukan keluarga di kampung halaman setelah sekian lama merantau. Mudik merupakan ritual perantau untuk kembali ke kampung halamannya.

Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, Mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua.
pertanyaannya sekarang, kenapa para perantau itu ingin kembali berkumpul dengan keluarga? Kembali fitri.. "maksudnya?," tanya temanku yang kebetulan tekun menyimak omonganku tadi.

begini.., bagi umat Islam ramadhan diyakini sebagai jalan untuk kembali suci seperti saat awal kelahiran di dunia. Kesucian tentunya tidak akan lengkap tanpa saling memaafkan antar sesama. terutama dengan orang tua. Pasalnya, mereka adalah sumber kehidupan kita selain Tuhan. ketika sang anak pergi merantau, bukan tidak mungkin dia melakukan kesalahan ke sang pemberi hidup itu. Misalnya, lupa memberi kabar, hal yang sepele tapi terasa mendalam di kalbu orang tua dan sialnya itu sering terlupakan.

setelah sang anak lama dinegeri orang, tentunya orang tua sangat mengharapkan kabar berita dan kehadiran buah hatinya.Hal ini sulit sekali digantikan oleh kecanggihan teknologi.
sang anak yang perantau itu tentu akan merasa berdosa bila tidak bisa memenuhi keinginan orang tuanya. Maka, rawe-rawe rantas, malang-malang putung. "Suci itu belum lengkap bukan kalau kita tidak bisa memenuhi keinginan orang tua itu,"

Senin, Oktober 08, 2007

G I L A


wow..lebih dari 25 persen penduduk Indonesia ternyata terjangkit penyakit gangguan kejiwaan. Kalau jumlah penduduk Indonesia jumlahnya sekitar 220 juta jiwa maka sekitar 55 juta jiwa diantaranya mengalami gangguan kejiwaan. Artinya satu dari seribu orang penduduk Indonesia menderita skizofrenia atawa GILA.

Menurut Departemen Kesehatan, penyakita kejiwaan itu meliputi gangguan nerotik seperti ketegangan mental.

Gangguan mental itu bisa mengakibatkan kondisi fisik kita menjadi lemah, menjadi sangat pelupa, menarik diri dari pergaulan, gelisah, gampang marah, dan sering merasa melihat atau mendengar sesuatu.

Tapi pernyataan staf ahli menteri kesehatan mencengangkan banget. pasalnya staf yang bertitle professor dan menjabat rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Solo itu bilang kalau dari 25 persen itu, profesi wartawan termasuk profesi yang tertinggi dalam memasok orang gila. "Wartawan itu tingkat stresnya tinggi jadi gampang jadi gila," kata si Prof.

"Aduh prof. serius nih?????," pikirku.

Belum sempat terlontar kebingunganku itu, sang profesor pun melanjutkan omongannya, "ini serius lho, jadi sekarang kayanya harus berfikir ulang kalau ingin jadi wartawan," kaa sang profesor.

"Tapi, maaf profesor..apakah penelitian anda sudah diyakini kebenarannya? karena tekanan pekerjaan bukan hanya dialami wartawan, tapi juga pekerja 'kantoran' yang selalu berpakaian 'sopan' termasuk peneliti seperti anda profesor.., jangan-jangan anda sudah GILA memberi pernyataan seperti itu," hehehe


Jumat, Oktober 05, 2007

Nomor Telepon

"Ahh..sial, dimana ya aku nyimpan nomor telepon temen-temen KKN dulu?." kemarin malam, menjelang pergantian hari tiba-tiba terdengar suara perempuan dari balik ponselku yang serta merta bertanya, "Ko, nomor telepon luthfi berapa? aku butuh banget nih," katanya. sejurus kemudian aku balik bertanya, "ini siapa sih?." seperti sedang berpikir -soalnya ada jeda- diapun menjawab, "o iya..maaf ini Yayat, aku mo tanya nomor telepon luthfi temen KKN kita di Blitar dulu," jawabnya.

Setelah bercakap-cakap beberapa menit aku pun menutup pembicaraan dengan mengatakan bahwa aku bakal nyari nomor teleponnya yang pernah aku catat di orginizer.

sambil berusaha membuka mata aku membongkar sebuah kardus bekas televisi untuk mencari orginizerku. Tapi setelah hampir semalaman aku cari ternyata ga ketemu.."aduh dimana yaa?"

Akhirnya aku cuma bisa kirim pesan pendek ke temenku tadi yang bunyinya, "Yat..nanti yaa aku cari lagi soalnya lupa tempat nyimpen nomor teleponnya"

Pesan balasan pun datang, "iya deh, ditunggu yaa Ko. penting banget nih," kata dia.

Pusing deh sekarang, dimana yaa aku nyimpennya?