Senin, Oktober 26, 2009

Angklung..OH..Angklung



Citra tentang keunikan bermain angklung tumbuh secara konstruktif sesuai dengan sifat seni yang universal yang mampu menembus sekat-sekat hubungan antar manusia. Seni bermain angklung saat ini tengah dihadapkan pada percepatan dunia industri sehingga selalu membutuhkan inovasi dan kreativitas.

Setelah batik mendapat pengakuan dari Unesco sebagai warisan budaya asli Indonesia, Pada 26 Agustus, alat musik angklung juga didaftarkan ke badan PBB yang membidangi pendidikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Saat ini prosesnya berada pada tahap verifikasi.

Pengukuhan angklung oleh Unesco sangat diperlukan untuk membuktikan bahwa angklung sangat berperan terhadap kelangsungan hidup suku bangsa di Indonesia, terutama Jawa Barat, sehingga harus dilestarikan.

Untuk melestarikan citra luhur budaya lokal memerlukan etos kebangsaan, semangat kebersamaan, dan orientasi keungggulan.

Terdapat inisiatif yang menarik dari Bank Mandiri dan Saung Angklung Udjo, yaitu dengan menggelar angklung recital. Perpaduan antara bank terbesar di Indonesia dan komunitas pelestari angklung itu bertujuan untuk menunjukkan kepedulian dalam upaya mengembangkan seni budaya angklung di Indonesia.

Langkah ini merupakan salah satu wujud kepedulian yang nyata untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap angklung sebagai salah satu warisan budaya yang harus dijaga dan dikembangkan sehingga mendapat pengakuan dunia.

Puncak pagelaran yang bertajuk Mandiri Angklung Resital 2009 tersebut berlangsung di Saung Angklung Udjo pada 24 Oktober 2009. Sebelum acara puncak, Bank Mandiri bersama Saung Angklung Udjo menggelar angklung clinic dengan tema Angklung For Motivational di 5 (lima) kota besar di Indonesia yaitu Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya dan, Palembang. Klinik angklung merupakan program untuk memberi pelatihan ke kepala sekolah atau pengambil kebijakan di sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA juga pejabat dinas pendidikan dengan materi Angklung for motivational.

Mandiri Angklung Resital 2009 merupakan lomba kreasi bermain angklung yang terbuka untuk umum dengan 3 (tiga) kategori jenjang pendidikan, yaitu SD, SMP, dan SMA di seluruh Indonesia. Para pemenang akan mendapat dana pembinaan senilai total Rp 15 juta beserta trophy bergilir dari Bank Mandiri.

Kang Satria Yanuar Angganasastra, Direktur Operasional Saung Angklung Udjo, mengemukakan bahwa pagelaran Mandiri Angklung Resital diharapkan dapat mendorong generasi muda untuk kembali melihat kesenian tradisional dan meningkatkan investasi kultural jangka panjang yang efektif. “Bermain musik angklung membutuhkan kepekaan dan solidaritas untuk menciptakan harmoni. Inilah yang ingin kita tanamkan dikalangan generasi pelajar Indonesia melalui angklung resital ini,” ujar Satria.

Satria menjelaskan angklung merupakan salah satu alat diplomasi budaya yang cukup efektif. Untuk menunjang revitalisasi diplomasi kebudayaan supaya tidak lagi terlaksana secara parsial membutuhkan program yang sinergis sebagai bentuk aksi dan pernyataan bersama bahwa Indonesia dengan tradisi lokalnya mampu meningkatkan daya tawar dan daya jual di mata dunia.

Baiklah, semoga dunia mengakui angklung sebagai warisan budaya Indonesia..


*gambar diunduh dari www.musikindonesia.com.au