Selasa, September 25, 2007

Antisipasi


Bank Indonesia (BI) tampaknya harus bersiap guna mengantisipasi keinginan bank sentral Amerika Serikat (the Fed) kembali menurunkan suku bunga acuan menjelang akhir tahun nanti. The Fed merencanakan menurunkan suku bunga acuan dari 4,25 persen menjadi 3,5 persen.

Itulah yang dinyatakan seorang pengamat pasar keuangan Reza Wibawa saat bercakap-cakap melalui telepon seluler. "Maksudnya apa?," tanyaku agak keheranan. sejurus kemudian sang pengamat yang cukup ternama di pasar uang Indonesia itu menjelaskan, bahwa BI harus menurunkan suku bunga bila rencana tersebut direalisasikan. Tujuannya untuk menjaga perbandingan suku bunga acuan BI dengan suku bunga acuan the Fed agar tidak terlalu jauh berbeda. "kalau tidak menurunkan, gap-nya akan terlalu jauh, hal itu akan memberatkan APBN," ujarnya.

Reza kemudian mengemukakan bahwa penurunan suku bunga itu bisa tidak dilakukan jika harga minyak dunia mencapai US$ 85 per barel. Pasalnya, harga minyak setinggi itu bisa memancing inflasi yang tinggi. " kita (Indonesia) termasuk importir minyak murni, jadi kenaikan harga minyak bisa berpengaruh signifikan," kata dia.

Namun, kalau harga minyak sampai akhir tahun berada pada kisaran US$ 80-82 per barel maka BI bisa menurunkan suku bunganya.

Kebijakan BI yang bisa dilakukan untuk saat ini, kata dia, adalah menahan tingkat suku bunga acuan. Sebab dia memperkirakan laju inflasi hingga akhir tahun bisa mencapai tujuh persen pertahun. "BI memang harus sangat berhati-hti dalam mengambil kebijakan sekarang, mengingat faktor yang mempengaruhi kondisi makro ekonomi sangat komplek."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar